Batman Begins - Help Select

Translate

Sabtu, 02 Juli 2011

Ga Perlu Depresi Dulu Untuk Mendengarkan Lagu Nirvana

Semalem, beberapa temen gw datang. Salah satu dari mereka terheran-heran ketika melihat beberapa buku n majalah tentang Nirvana di lemari buku koleksi gw. Sambil tertawa geli dia berkata: “Saya dulu juga ngefans banged sama mereka (Nirvana), tapi setelah saya tobat, saya ga pernah mendengarkan lagu-lagunya. Kaset-kaset mereka sudah tersimpan rapi dalam kardus, lengkap dengan poster-posternya...

Gw terhenyak dan merasa sangat terganggu dengan kalimat ‘setelah saya tobat’ itu. Dia bilang, “Bukankah grunger itu cuman sekelompok orang yang depresi, yang kerjaannya cuman mabok, nongkrong di pinggir jalan, selalu bilang pengen mati tapi ga pernah berani mati?” Sekarang giliran gw yang tertawa dan tepat di depan mukanya gw bilang, “Lo ga ngeliat gw…?”. Dia pun bungkam, dan mengucapkan ‘sori’ dengan lirih.

Kejadian tadi malem, memang bukan yang pertama kali. Sebelumnya, beberapa orang sering banget menyimpulkan bahwa orang-orang yang menggilai Nirvana hanyalah sekumpulan orang yang depresi. Beberapa temen gw yang akan mengikuti festival band seringkali ditolak hanya karena membawakan lagu-lagu Nirvana. Waktu gw tanya kenapa, mereka bilang karena biasanya anak grunge maennya brutal dan suka ngancurin properti panitia.

Lalu…? Bingung juga. Tapi bahwa sebagian orang tertarik mendengarkan Nirvana hanya karena lifestyle-nya, memang benar. Meski mereka ga sepenuhnya mengerti tentang lagu dan musiknya. Bahkan ada yang berbondong-bondong masuk komunitas hanya karena tertarik dengan kalimat I hate my self n I want to die. Ini memang realita. Tapi ga adil banget rasanya kalo terlalu dini menyimpulkan bahwa anak grunge hanyalah sekumpulan orang depresi.

Banyak kok grunger yang hidupnya baik-baik saja, tetap berkarya, n bermusik meski ga pernah rekaman karena susah banget nembus mayor label. Masih ada grunger yang jauh banget dari alkohol n narkoba. Hanya saja mungkin mereka ga pernah nampak di permukaan. Sebagian mungkin malu disebut grunger, sebagian merasa sudah tua, sebagian takut dimusuhi teman-temannya karena ga sealiran, sebagian lagi merasa risih karena terbentur pada opini negatif tentang Nirvana.

Di rumah gw (dalam harddisk komputer) lagu-lagu Nirvana akan terus mengalun n bebas didengarkan semua orang. Dari yang memang sudah tau atau yang baru pertama kali mendengarkan lagunya. Ada yang dengan sengaja mengejek, tapi tak sedikit pula yang pengen tau lebih dalam tentang band ini. Lalu meminta ijin untuk mengcopy lagu-2 mereka, meminjam buku-buku tentang Nirvana (sebagian buku gw ga balik, dan ini bener-2 nyebelin).

Sikap gw kepada orang-orang yang mengejek: it’s oke… karena bagi gw musik itu universal. Ga masalah kalo beda selera, yang penting ga saling under-estimate, ga menjelek-jelekkan. Meminjam istilah Slank, ‘kalo sumbang janganlah didengarkan, kalo merdu ikutlah bernyanyi…’. Jadi apapun aliran musiknya, kita saling respek aja. Dan buat mereka yang baru memulai mendengarkan Nirvana: Ga perlu depresi dulu untuk mendengarkan lagu-lagu mereka. Jangan takut, jangan malu meskipun kamu sendirian dengan kaos Nirvana-mu di tengah-tengah kerumunan pemuja band lain. Percaya ma gw, ga ada yang salah dengan pendengaranmu kalo kamu bilang Smell Like Teen Spirit cool abis. Jangan hanya mengingat kalimat I hate my self n I want to die. Tapi ingat juga bahwa Kurt pernah berkata, ‘holding my baby is the best drug in the world. Kurt Cobain memang mengalami depresi, memiliki kebiasaan dan lifestyle yang buruk. Kurt memang sering merusak gitarnya (tapi dia juga memiliki cukup banyak uang untuk membeli lagi hahaha). Tapi bukan itu yang patut dikenang. Buat gw semua itu cuman intermezzo pengiring kebesaran Nirvana. Kalo ada yang perlu ditiru dari seorang Kurt Cobain adalah: kejeniusannya menciptakan sebuah lagu.

 
Design by Hamuri Jaka Ariyanto | Bloggerized by Hamuri Jaka Ariyanto - Premium Blogger Themes | SEO Premium Themes